Jumat, 14 Oktober 2011

Orang radikal akibat sistem pendidikan agama salah

Tanggal publikasi: 27 Mei 2010

Orang radikal akibat sistem pendidikan agama salah thumbnail
Pdt. Albertus Patty (kiri) dan Ulil Abshar Abdalla (kanan) saat diskusi tentang pendidikan agama di sekolah-sekolah
Sistem pendidikan agama yang keliru, tidak memberdayakan siswa untuk bernalar dan terlalu doktriner, menyebabkan orang menjadi radikal, kata direktur Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar Abdalla.
”Metode pendidikan agama di sekolah bermasalah, karena anak-anak dipaksa untuk menghafal, bukan bernalar,” kata Ulil dalam diskusi Nestapa Pendidikan Agama di Sekolah, 26 Mei lalu di Jakarta Pusat.
”Sebagai dampak, orang merasa cinta terhadap agama, yang akhirnya membuat mereka radikal.”
Menurut Ulil, ini bertentangan dengan tujuan pendidikan agama, yang seharusnya menyiapkan orang untuk beradaptasi dengan perubahan.
Dia mencontohkan pendidikan agama yang dianutnya. Anak-anak ditakut-takuti, karena mengajarkan ”orang yang mencuri harus dipotong tangannya.”
“Anak-anak dijadikan semacam proyek percontohan dari sistem pendidikan agama kita. Sekolah pluralis menjadi sangat ’mahal’,” katanya.
Sementara Pendeta Albertus Patty, ketua Gereja Kristen Indonesia (GKI), mengatakan pendidikan agama di sekolah terlalu dogmatis, tak sesuai dengan konteks Indonesia.
”Ini yang menimbulkan sekat-sekat teologis di kalangan Kristen sendiri maupun dengan non Kristen,” katanya.
”Di kalangan sesama Gereja saja saling menuduh kafir dan saling meng-kristenisasi. Ironisnya hal ini terjadi hingga saat ini,” lanjutnya. ”Ini menyebabkan umat berpikir kristenisasi menjadi suatu ideologi.”
Di samping itu, undang-undang sistem pendidikan nasional, yang menimbulkan sekat-sekat agama, membuat orang eksklusif dan primordialis.
Pdt. Albertus menekankan pentingnya pemberdayaan para pendeta sehingga berwawasan plural. Untuk itu GKI bekerjasama dengan Wahid Institut untuk memberi pencerahan tentang pluralitas kepada para pendeta.
Khalik, 16, siswa SMA yang hadir dalam diskusi itu, mengatakan, guru dan murid sebetulnya menjadi korban dari ajaran radikal.
Dia menyayangkan ada yang mengajarkan bahwa di luar suatu agama tertentu tidak ada keselamatan. ”Untung ibu saya seorang yang moderat sehingga saya sangat toleran dengan agama-agama lain,” kata Khalik.

Sumber : http://www.cathnewsindonesia.com/2010/05/27/orang-radikal-akibat-sistem-pendidikan-agama-salah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar